BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Analisis keuangan akan lebih tajam
apabila angka-angka keuangan dibandingkan dengan standar tertentu. Standar
tersebut bisa berupa (1)standar internal yang ditetapkan oleh manajemen seperti
target yang telah ditetapkan, (2) perbandingan historis atau membandingkan
angka-angka dengan angka-angka masa sebelumnya, dan (3) perbandingan dengan
perusahaan atau industri yang sejenis. Tanpa perbandingan tidak akan diketahui
apakah prestasi keuangan suatu perusahaan menunjukan perbaikan atau sebaliknya
menunjukan penurunan. Pada bab ini
membicarakan tentang analisis perbandingan cross section dalam analisis
keuangan.
B. Permasalahan
Di Negara –
negara maju, data-data yang berkaitan
dengan industri sejenis biasanya dicari. Tetapi tidak demikian halnya dengan
data-data industri di Negara-negara yang belum maju seperti di Indonesia. Saat
ini perusahaan yang go public dan listing di BEJ mencapai 200 saham (
bandingkan dengan New York Stock Exchange yang mencapai sekitar 1.700 saham).
Sebagian besar perusahaan di Indonesia masih belum go public. Perusahaan-perusahaan yang belum go public biasanya
tidak memberikan laporang keuangan ke public, dan dengan demikian data
perbandingan akan sulit diperoleh. Kecuali bank-bank yang mempunyai data-data
keuangan nasabahnya. Tetapi data semacam ini akan sulit di peroleh perusahaan
lain, meskipun untuk perbandingan. Kalaupun menggunakan data perusahaan yang go public, masih bisa di pertanyakan
apakah data yang dipakai sudeah “ representative” karena data industri tersebut
tidak memasukan perusahaan yang tidakl go
public (private). Masalah ini akam semakin rumit apabila perusahaan yang
tidak go public tersebut merupakan
perusahaan yang dominan dalam industry tersebut.
Masalah lain
yang mungkin timbul adalah tidak “jelasnya” industry yang akan dipakai sebagai
perbandingan. Perusahaan yang besar biasanya beroperasi tidak hanya pada satu
sector usaha saja, tetapi melakukan diversifikasi pada beberapa sector.
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Analisis cross section adalah
perbandingan data keuangan suatu perusahaan dengan perusahaan atau industi yang
sejenis. akan bermanfaaat untuk melihat prestasi perusahaan relatif terhadap
industri dan juga bermanfaat dalam kasus khusus seperti untuk menentukan bonus
bagi manjemen perusahaan. Bonus bagi manajemen perusahaan pada beberapa
perusahaan ditentukan berdasarkan keuntungan perusahaan relatif terhadap
industri.
Definisi
industri sejenis adalah kesamaan dalam jenis bahan baku atau supplier, contoh
standar klasifikasi industry listing di BEJ, dan kesamaan dari sisi permintaan.
Kriteria
pengelompokan industry didasarkan atas produk yang di hasilkan .contoh : misal
kebutuhan komunikasi, penghasil computer PC dengan mesin fax bisa bersaing,
kamera dan HP.
Industri
merupakan suatu kegiatan ekonomi yang mengolah barang mentah, bahan baku,
barang setengah jadi atau barang jadi untuk dijadikan barang yang lebih tinggi
kegunaannya.
B.
Perbandingan Cross Section
Analisis
cross section ( perbandingan dengan perusahaan atau industri yang sejenis) akan
bermanfaat untuk melihat prestasi perusahaan relatif terhadap industri dan juga
bermanfaat dalam kasus khusus seperti untuk menentukan bonus bagi manajemen
perusahaan. Bonus bagi manajemen perusahaan pada beberapa perusahaan ditentukan
berdasarkan keuntungan perusahaan relatif terhadap industri. Apabila perusahaan
memeperoleh untung di atas industri, manajemen perusahaan akan memperoleh
bonus, dan tidak memperoleh bonus apabila terjadi sebaliknya.
Mendefinisikan
perusahaan sejenis bukan merupakan pekerjaan mudah. Industri yang bisa
diperbandingkan pada dasarnya mempunyai satu atau beberapa elemen yang sama
dengan perusahaan. Kesamaan tersebut antara lain :
(1)
Kesamaan dalam jenis bahan baku atau supplier.
Perusahaan bisa dikelompokan
berdasarkan bahan baku yang dipakai,
bisa juga berdasarkan proses produksi yang dipunyai. Standard Industrial Classification biasanya menggunakan kriteria
semacam ini (struktur fisik dan tekhnologi proses produksi dalam homogenitas
produksi). (2). Kesamaan dari sisi permintaan. Pendekatan ini menggunakan
produk-produk yang dihasilkan sebagai kriteria pengelompokan industri. Apabila
produk-produk memenuhi kebutuhan yang sama, dan produk-produk tersebut
merupakan substitusi satu sama lainnya, maka produk-produk tersebut masuk dalam
industri yang sama. Produk-produk tersebut bisa mempunyai horizon yang pendek
yaitu produk-produk yang sama saat ini, tetapi bisa juga mempunyai horizon
jangka panjang yaitu produk-produk yang saling berkompetisi pada beberapa tahun
mendatang. (3) kesamaan dalam atribut keuangan. Dari sudut pandang investasi,
saham-saham yang mempunyai berapa kesamaan atribut bisa dimasukan kedalam satu
kelompok.
Dalam
memilih perusahaan yang akan dipakai
sebai perbandingan, analisis juga bisa menggabungkan ketiga atribut diatas,
misalkan perusahaan transportasi dengan asset yang tidak terlalu besar ( misal
Rp. 1,5 miliar), maka perbandingan yang tepat adalah perusahaan
transportasi lainnya yang mempunyai asset yang hampir sama besarnya.
Membandingkan perusahaan tersebut dengan perusahaan transportasi lain yang yang
mempunyai asset Rp. 1 miliar barangkali tidak sepenuhnya tepat.
C.
Perhitungan rata-rata industri
Untuk
menghitung rata-rata industri seorang analis mempunyai beberapa alternatif:
1.
Menghitung nilai tunggal sebagai perbandingan
2.
Menghitung nilai tunggal dengan dispersinya ( standar
devisiasinya)
3.
Menghitung nilai untuk presentil tertentu ( misal menghitung nilai untuk perusahaan yang mempunyai ukuran 25% paling kecil.
Untuk
menghitung (1) di atas ada beberapa alternative yang bisa dipakai :
1.
Menghitung rata-rata aritmatika
2.
Menghitung rata- rata tertimbang
3.
Menggunakan median
4.
Menggunakan modus
Misalkan kita mempunyai data suatu industry yang
terdiri dari beberapa perusahaan sebagai
berikut :
|
Perusahaan
|
ROA
Nilai buku saham
Nilai pasar saham
|
A B C D E F G
H
10% 12%
12% 13% 9%
12% 8% 9%
300 420
250 200 250
210 310 335
350 400
420 450 460
350 340 400
|
Dengan perhitungan rata-rata aritmatika, ROA industry
bisa di hitung sebagai berikut :
1/8
(10+12+12+13+9+12+8+9) = 10,625 %
Angka ini kemudian bisa dipakai sebagai standar untuk
perbandingan. Alternative lain adalah dengan menghitung rata-rata tertimbang.
Misalkan analisis menggunakan nilai buku saham sebagai pembobotnya, rata-rata
ROA bisa dihitung sebagai berikut :
300/2.275 (10%) + 420/2.275 (12%) + 250/2.275 (12%) +
200/2.275 (13%) + 250/2.275 (9%) + 210/2.275 (12%) + 310/2.275(8%) + 335 /2.275
(9%) = 1,31+2,21 + 1,32 + 1,14 + 0,98 + 1,+11 + 1,09 + 1,33 = 10,50%
Misalkan analis akan menggunakan nilai pasar saham sebagai
pembobotnya, industri bisa dihitung sebagai berikut:
350/3.170(10%) + 400/3.170(12%) + 420/3.170(12%) +
450/3.170(13%) + 460/3.170(9%) +
350/3.170(12%) + 340/3.170(8%) + 400/3.170(9%) = 1,1 +1,51 + 1,59 + 1,84 + 1,31
+ 1,32 + 1, 14 = 10,67%
Perhitungan rata-rata sangat sensitive terhadap
nilai-nilai ekstrim. Misalkan ada dua perusahaan dengan nilai ekstrim + 30%
(Perusahaan I) dan 10% (perusahaan J). Misalkan perusahaan J mengalami musibah
kebakaran yang mengakibatkan rugi 10% dan perusahaan I baru saja memperoleh
lisensi impor, barangkali analis akan menghilangkan dua angka ekstrim tersebut.
Dengan cara semacam angka-angka outlier
bisa dihilangkan dan tidak merusak analis. Cara lain yang bisa digunakan untuk
menghilangkan pengaruh nilai ekstrim adalah dengan menggunakan angka median
atau modus. Denagn median ROA perusahaan diurutkan sebagai berikut : 8%, 9%,
9%, 10%, 12%, 12%, 12%, 13% , dan nilai tengahnya atau medianya adalah 11%. Misalkan kita
menggunakan modus (nilai yang paling sering keluar), maka angka yang dipilih
untuk dijadikan rata-rata industry adalah 12%
Dari angka-angka yang dihitung di
atas, berikut ini ringkasan hasil perhitungan dengan metode berberda tersebut.
ROA Rata-Rata Industri
Rata-rata aritmatik 10,63%
Rata-rata tertimbang
(dengan bobot nilai buku saham) 10,5%
Rata-rata tertimbang
(dengan bobot nilai pasar saham) 10,67%
Median 11,00%
Modus 12,00%
Pemilihan
angka yang akan dijadikan rata-rata industri akan tergantung pertimbangan
analis. Dari angka-angka diatas, ROA rata-rata industry adalah sekitar 10-12%.
D.
Perbedaan antara industri
Pada
waktu analis menggunakan perbandingan industri, analis mempunyai asumsi
implisit yaitu ada perberdaan berarti dalam rasio-rasio keuangan antar
industri. Kalau asuransi semacam itu tidak pernah terpenuhi maka tidak ada
artinya menggunakan perbandingan dengan industri yang sejenis, karena
perbandingan dengan rasio perusahaan dalam perekonomian secara keseluruhan akan
menghasilkan analis yang sama. Perbandingan antar industri secara implisit juga
mengakui bahwa ada perbedaan resiko bisnis antar industri. Apabila asumsi ini
benar, maka perbandingan dengan perusahaan-perusahaan dalam industri relevan
dilakukan karena perusahaan di bandingkan dengan perusahaan lain yang mempunyai
kelas risiko bisnis yang sama. Tetapi apabila resiko bisnis antar industri
tidak berlainan, maka perbandingan antar industri tidak punya dasar yang cukup
kuat.
BAB
III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Masalah
yang mungkin akan timbul dalam analisis perbandingan cross section
adalah tidak jelasnya industri relevan. sebagan contoh, apabila ada suatu
perusahaan yang tidak go public, padahal perusahaan tersebut cukup
dominan, angka-angka industri barangkali tidak representif. Masalah lain adalah
adanya beberapa perusahaan yang bergerak dalam berbagai bidang (industri), dan
laporan keuangan yang diterbitkan adalah laporan keuangan konsolidasi.
Informasi per segmen industri tidak dipublikasikan. Dalam situasi dimana tidak
ada industri domestik yang bisa dijadikan perbandingan, perbandingan
internasional bisa dilakukan. Interpretasi harus dilakukan lebih berhati-hati,
dengan mengingat latar belakang bisnis yang berbeda.
Perhitungan
rata-rata industri bisa dilakukan dengan rata-rata aritmetika, rata-rata
tertimbang,median,modus. data-data outlier bisa dihilangkan apabila kita
berasumsi bahwa data tersebut merupakan kejadian luar biasa. perbandingan
industri mempunyai asumsi implisit bahwa risiko bisnis antar industri berbeda,
dan dengan demikian perbandingan dengan industri (sekelompok perusahaan yang
memiliki kelas risiko yang sama) bisa dilakukan. pengujian empiris menunjukan
adanya perbedaan kelas risiko antar industri. Pengujian semacam itu di
Indonesia, belum sejauh ini dilakukan.
Permisi..
BalasHapusMau nanya nih..
Rasio industri itu biasanya memang hasil perhitungan sendiri atau memang dipublikasikan oleh pihak lain (misalnya : BI, BEJ, dll)
Permisi..
BalasHapusMau nanya nih..
Rasio industri itu biasanya memang hasil perhitungan sendiri atau memang dipublikasikan oleh pihak lain (misalnya : BI, BEJ, dll)
hitung sendiri
Hapusboleh minta reverensi bukunya kak?
BalasHapusterutama tentang cara menghitung rasio industri
ada link yg publikasiin hasil rata rata industri makanan gak?
BalasHapusAda untuk mempublikasikan gak
BalasHapus