Selasa, 29 April 2014

Analisis Laporan Keuangan - Analisis cross-section


BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
            Analisis keuangan akan lebih tajam apabila angka-angka keuangan dibandingkan dengan standar tertentu. Standar tersebut bisa berupa (1)standar internal yang ditetapkan oleh manajemen seperti target yang telah ditetapkan, (2) perbandingan historis atau membandingkan angka-angka dengan angka-angka masa sebelumnya, dan (3) perbandingan dengan perusahaan atau industri yang sejenis. Tanpa perbandingan tidak akan diketahui apakah prestasi keuangan suatu perusahaan menunjukan perbaikan atau sebaliknya menunjukan penurunan.  Pada bab ini membicarakan tentang analisis perbandingan cross section dalam analisis keuangan.

B.     Permasalahan

Di Negara – negara   maju, data-data yang berkaitan dengan industri sejenis biasanya dicari. Tetapi tidak demikian halnya dengan data-data industri di Negara-negara yang belum maju seperti di Indonesia. Saat ini perusahaan yang go public dan listing di BEJ mencapai 200 saham ( bandingkan dengan New York Stock Exchange yang mencapai sekitar 1.700 saham). Sebagian besar perusahaan di Indonesia masih belum go public. Perusahaan-perusahaan yang belum go public biasanya tidak memberikan laporang keuangan ke public, dan dengan demikian data perbandingan akan sulit diperoleh. Kecuali bank-bank yang mempunyai data-data keuangan nasabahnya. Tetapi data semacam ini akan sulit di peroleh perusahaan lain, meskipun untuk perbandingan. Kalaupun menggunakan data perusahaan yang go public, masih bisa di pertanyakan apakah data yang dipakai sudeah “ representative” karena data industri tersebut tidak memasukan perusahaan yang tidakl go public (private). Masalah ini akam semakin rumit apabila perusahaan yang tidak go public tersebut merupakan perusahaan yang dominan dalam industry tersebut.
Masalah lain yang mungkin timbul adalah tidak “jelasnya” industry yang akan dipakai sebagai perbandingan. Perusahaan yang besar biasanya beroperasi tidak hanya pada satu sector usaha saja, tetapi melakukan diversifikasi pada beberapa sector.

















BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian
Analisis cross section adalah perbandingan data keuangan suatu perusahaan dengan perusahaan atau industi yang sejenis. akan bermanfaaat untuk melihat prestasi perusahaan relatif terhadap industri dan juga bermanfaat dalam kasus khusus seperti untuk menentukan bonus bagi manjemen perusahaan. Bonus bagi manajemen perusahaan pada beberapa perusahaan ditentukan berdasarkan keuntungan perusahaan relatif terhadap industri.
Definisi industri sejenis adalah kesamaan dalam jenis bahan baku atau supplier, contoh standar klasifikasi industry listing di BEJ, dan kesamaan dari sisi permintaan.
Kriteria pengelompokan industry didasarkan atas produk yang di hasilkan .contoh : misal kebutuhan komunikasi, penghasil computer PC dengan mesin fax bisa bersaing, kamera dan HP.
Industri merupakan suatu kegiatan ekonomi yang mengolah barang mentah, bahan baku, barang setengah jadi atau barang jadi untuk dijadikan barang yang lebih tinggi kegunaannya.

B.          Perbandingan Cross Section
Analisis cross section ( perbandingan dengan perusahaan atau industri yang sejenis) akan bermanfaat untuk melihat prestasi perusahaan relatif terhadap industri dan juga bermanfaat dalam kasus khusus seperti untuk menentukan bonus bagi manajemen perusahaan. Bonus bagi manajemen perusahaan pada beberapa perusahaan ditentukan berdasarkan keuntungan perusahaan relatif terhadap industri. Apabila perusahaan memeperoleh untung di atas industri, manajemen perusahaan akan memperoleh bonus, dan tidak memperoleh bonus apabila terjadi sebaliknya.
Mendefinisikan perusahaan sejenis bukan merupakan pekerjaan mudah. Industri yang bisa diperbandingkan pada dasarnya mempunyai satu atau beberapa elemen yang sama dengan perusahaan. Kesamaan tersebut antara lain :
(1) Kesamaan dalam jenis bahan baku atau supplier. Perusahaan  bisa dikelompokan berdasarkan bahan baku yang  dipakai, bisa juga berdasarkan proses produksi yang dipunyai. Standard Industrial Classification biasanya menggunakan kriteria semacam ini (struktur fisik dan tekhnologi proses produksi dalam homogenitas produksi). (2). Kesamaan dari sisi permintaan. Pendekatan ini menggunakan produk-produk yang dihasilkan sebagai kriteria pengelompokan industri. Apabila produk-produk memenuhi kebutuhan yang sama, dan produk-produk tersebut merupakan substitusi satu sama lainnya, maka produk-produk tersebut masuk dalam industri yang sama. Produk-produk tersebut bisa mempunyai horizon yang pendek yaitu produk-produk yang sama saat ini, tetapi bisa juga mempunyai horizon jangka panjang yaitu produk-produk yang saling berkompetisi pada beberapa tahun mendatang. (3) kesamaan dalam atribut keuangan. Dari sudut pandang investasi, saham-saham yang mempunyai berapa kesamaan atribut bisa dimasukan kedalam satu kelompok.
Dalam memilih perusahaan  yang akan dipakai sebai perbandingan, analisis juga bisa menggabungkan ketiga atribut diatas, misalkan perusahaan transportasi dengan asset yang tidak terlalu besar ( misal Rp. 1,5 miliar), maka perbandingan yang tepat adalah perusahaan transportasi  lainnya yang mempunyai  asset yang hampir sama besarnya. Membandingkan perusahaan tersebut dengan perusahaan transportasi lain yang yang mempunyai asset Rp. 1 miliar barangkali tidak sepenuhnya tepat.

C.                 Perhitungan rata-rata industri
Untuk menghitung rata-rata industri seorang analis mempunyai beberapa alternatif:
1.      Menghitung nilai tunggal sebagai perbandingan
2.      Menghitung nilai tunggal dengan dispersinya ( standar devisiasinya)
3.      Menghitung nilai untuk presentil tertentu  ( misal menghitung  nilai untuk perusahaan  yang mempunyai ukuran 25% paling kecil.

Untuk menghitung (1) di atas ada beberapa alternative yang bisa dipakai :
1.      Menghitung rata-rata aritmatika
2.      Menghitung rata- rata tertimbang
3.      Menggunakan median
4.      Menggunakan modus

Misalkan kita mempunyai data suatu industry yang terdiri dari beberapa  perusahaan sebagai berikut :

Perusahaan

ROA
Nilai buku saham
Nilai pasar saham

A        B        C        D        E        F       G       H
10%   12%   12%   13%    9%     12%   8%    9%
300    420    250     200     250     210    310   335
350    400    420     450     460     350    340   400
Dengan perhitungan rata-rata aritmatika, ROA industry bisa di hitung sebagai berikut :
1/8 (10+12+12+13+9+12+8+9) = 10,625 %
Angka ini kemudian bisa dipakai sebagai standar untuk perbandingan. Alternative lain adalah dengan menghitung rata-rata tertimbang. Misalkan analisis menggunakan nilai buku saham sebagai pembobotnya, rata-rata ROA bisa dihitung sebagai berikut :
300/2.275 (10%) + 420/2.275 (12%) + 250/2.275 (12%) + 200/2.275 (13%) + 250/2.275 (9%) + 210/2.275 (12%) + 310/2.275(8%) + 335 /2.275 (9%) = 1,31+2,21 + 1,32 + 1,14 + 0,98 + 1,+11 + 1,09 + 1,33 = 10,50%

Misalkan analis akan menggunakan nilai pasar saham sebagai pembobotnya, industri bisa dihitung sebagai berikut:
350/3.170(10%) + 400/3.170(12%) + 420/3.170(12%) + 450/3.170(13%) + 460/3.170(9%)  + 350/3.170(12%) + 340/3.170(8%) + 400/3.170(9%) = 1,1 +1,51 + 1,59 + 1,84 + 1,31 + 1,32 + 1, 14 = 10,67%
Perhitungan rata-rata sangat sensitive terhadap nilai-nilai ekstrim. Misalkan ada dua perusahaan dengan nilai ekstrim + 30% (Perusahaan I) dan 10% (perusahaan J). Misalkan perusahaan J mengalami musibah kebakaran yang mengakibatkan rugi 10% dan perusahaan I baru saja memperoleh lisensi impor, barangkali analis akan menghilangkan dua angka ekstrim tersebut. Dengan cara semacam angka-angka outlier bisa dihilangkan dan tidak merusak analis. Cara lain yang bisa digunakan untuk menghilangkan pengaruh nilai ekstrim adalah dengan menggunakan angka median atau modus. Denagn median ROA perusahaan diurutkan sebagai berikut : 8%, 9%, 9%, 10%, 12%, 12%, 12%, 13% , dan nilai tengahnya atau  medianya adalah 11%. Misalkan kita menggunakan modus (nilai yang paling sering keluar), maka angka yang dipilih untuk dijadikan rata-rata industry adalah 12%
Dari angka-angka yang dihitung di atas, berikut ini ringkasan hasil perhitungan dengan metode berberda tersebut.


ROA Rata-Rata Industri
Rata-rata aritmatik                              10,63%
Rata-rata tertimbang              
(dengan bobot nilai buku saham)        10,5%
Rata-rata tertimbang
(dengan bobot nilai pasar saham)        10,67%           
Median                                                11,00%
Modus                                                 12,00%

            Pemilihan angka yang akan dijadikan rata-rata industri akan tergantung pertimbangan analis. Dari angka-angka diatas, ROA rata-rata industry adalah sekitar 10-12%.

D.                Perbedaan antara industri
Pada waktu analis menggunakan perbandingan industri, analis mempunyai asumsi implisit yaitu ada perberdaan berarti dalam rasio-rasio keuangan antar industri. Kalau asuransi semacam itu tidak pernah terpenuhi maka tidak ada artinya menggunakan perbandingan dengan industri yang sejenis, karena perbandingan dengan rasio perusahaan dalam perekonomian secara keseluruhan akan menghasilkan analis yang sama. Perbandingan antar industri secara implisit juga mengakui bahwa ada perbedaan resiko bisnis antar industri. Apabila asumsi ini benar, maka perbandingan dengan perusahaan-perusahaan dalam industri relevan dilakukan karena perusahaan di bandingkan dengan perusahaan lain yang mempunyai kelas risiko bisnis yang sama. Tetapi apabila resiko bisnis antar industri tidak berlainan, maka perbandingan antar industri tidak punya dasar yang cukup kuat.



BAB III
PENUTUP

A.                Kesimpulan
Masalah yang mungkin akan timbul dalam analisis perbandingan cross section adalah tidak jelasnya industri relevan. sebagan contoh, apabila ada suatu perusahaan yang tidak go public, padahal perusahaan tersebut cukup dominan, angka-angka industri barangkali tidak representif. Masalah lain adalah adanya beberapa perusahaan yang bergerak dalam berbagai bidang (industri), dan laporan keuangan yang diterbitkan adalah laporan keuangan konsolidasi. Informasi per segmen industri tidak dipublikasikan. Dalam situasi dimana tidak ada industri domestik yang bisa dijadikan perbandingan, perbandingan internasional bisa dilakukan. Interpretasi harus dilakukan lebih berhati-hati, dengan mengingat latar belakang bisnis yang berbeda.
Perhitungan rata-rata industri bisa dilakukan dengan rata-rata aritmetika, rata-rata tertimbang,median,modus. data-data outlier bisa dihilangkan apabila kita berasumsi bahwa data tersebut merupakan kejadian luar biasa. perbandingan industri mempunyai asumsi implisit bahwa risiko bisnis antar industri berbeda, dan dengan demikian perbandingan dengan industri (sekelompok perusahaan yang memiliki kelas risiko yang sama) bisa dilakukan. pengujian empiris menunjukan adanya perbedaan kelas risiko antar industri. Pengujian semacam itu di Indonesia, belum sejauh ini dilakukan.


6 komentar:

  1. Permisi..
    Mau nanya nih..
    Rasio industri itu biasanya memang hasil perhitungan sendiri atau memang dipublikasikan oleh pihak lain (misalnya : BI, BEJ, dll)

    BalasHapus
  2. Permisi..
    Mau nanya nih..
    Rasio industri itu biasanya memang hasil perhitungan sendiri atau memang dipublikasikan oleh pihak lain (misalnya : BI, BEJ, dll)

    BalasHapus
  3. boleh minta reverensi bukunya kak?
    terutama tentang cara menghitung rasio industri

    BalasHapus
  4. ada link yg publikasiin hasil rata rata industri makanan gak?

    BalasHapus
  5. Ada untuk mempublikasikan gak

    BalasHapus